BISMILLAHIROHMANIRAHIM
Press Release SMUT
KRONOLOGIS PERISTIWA SELASA BERDARAH 12 Mei 1998
jam 10.30 -10. 45 Aksi damai civitas akademika Universitas Trisakti yang
bertempat di pelataran parkir depan gedung M (Syarif Thayeb) dimulai
dengan pengumpulan segenap massa Trisakti yang terdiri dari mahasiswa,
dosen, pejabat fakultas dan universitas serta karyawan yang berjumlah
sekitar 6000 orang di depan mimbar.
jam 10.45-11.00 Aksi mimbar bebas dimulai dengan diawali acara penurunan
bendera setengah tiang yang diiringi lagu Indonesia Raya yang
dikumandangkan bersama oleh peserta mimbar bebas, kemudian dilanjutkan
mengheningkan cipta sejenak sebagai tanda keprihatinan terhadap kondisi
bangsa dan rakyat Indonesia sekarang ini.
jam 11.00-12.25 Aksi Orasi serta unjuk rasa (mimbar bebas) dilaksanakan
dengan para pembicara baik dari dosen, karyawan maupun mahasiswa.
Aksi/acara tersebut terus berjalan dengan baik dan lancar.
Jam 12.25-12.30 Massa mulai memanas yang dipicu oleh kehadiran beberapa
anggota aparat keamanan tepat di atas lokasi mimbar bebas (jalan layang)
dan menuntut untuk turun (long March) ke jalan dengan tujuan menyampaikan
aspirasinya ke anggota MPR/DPR. Kemudian massa menuju ke pintu gerbang
arah Jl. Jend. S. Parman.
Jam 12.30-12.40 Satgas mulai siaga penuh (berkonsentrasi dan melapis
barisan depan pintu gerbang) dan mengatur massa untuk tertib dan berbaris
serta memberikan himbauan untuk tetap tertib pada saat turun ke jalan.
Jam 12.40-12.50 Pintu gerbang dibuka dan massa mulai berjalan keluar
secara perlahan menuju MPR/DPR melewati kampus Untar.
Jam 12.50-13.00 Long March mahasiswa terhadang tepat di depan pintu masuk
kantor walikota Jakarta Barat oleh barikade aparat dari kepolisian dengan
tameng dan pentungan yang terdiri dua lapis barisan.
Jam 13.00-13.20 Barisan satgas terdepan menahan massa, sementara beberapa
wakil mahasiswa (SMUT) melakukan negoisasi dengan pimpinan komando aparat
(Dandim & Wakapolres Jakarta Barat). Sementara negoisasi berlangsung,
massa terus berkeinginan untuk terus maju. Di lain pihak massa yang terus
tertahan tak dapat dihadang oleh barisan satgas samping bergerak maju
dari jalur sebelah kanan. Selain itu pula masyarakat mulai bergabung di samping long march.
Jam 13.20-13.30 Tim negoisasi kembali dan menjelaskan hasil negoisasi di
mana longmarch tidak diperbolehkan dengan alasan oleh kemungkinan
terjadinya kemacetan lalu lintas dan dapat menimbulkan kerusakan.
Mahasiswa kecewa karena mereka merasa aksinya tersebut merupakan aksi
damai. Massa terus mendesak untuk maju. Dilain pihak pada saat yang
hampir bersamaan datang tambahan aparat Pengendalian Massa (Dal-Mas)
sejumlah 4 truk.
Jam 13.30-14.00 Massa dapat dibujuk oleh rekannya untuk duduk. Lalu massa
melakukan aksi mimbar bebas spontan di jalan. Sementara rekan mahasiswi
membagikan bunga mawar kepada barisan aparat. Sementara itu pula datang
tambahan aparat dari Kodam Jaya dan satuan kepolisian lainnya.
Jam14.00-16.45 Negeoisasi terus dilanjutkan dengan komandan (Dandim dan
Kapolres) dengan pula dicari terobosan untuk menghubungi MPR/DPR.
Sementara mimbar terus berjalan dengan diselingi pula teriakan yel-yel
maupun nyanyian-nyanyian. Walaupun hujan turun massa tetap tak bergeming.
Yang terjadi akhirnya hanya saling diam dan saling tunggu. Sedikit demi
sedikit massa mulai berkurang dan menuju ke kampus.
Jam 16.45-16.55 Wakil mahasiswa mengumumkan hasil negoisasi di mana hasil
kesepakatan adalah baik aparat dan mahasiswa sama-sama mundur. Awalnya
massa menolak tapi setelah dibujuk oleh Bapak Dekan FE & Dekan FH Usakti
serta ketua SMUT massa mau bergerak mundur.
Jam 16.55-17.00 Mahasiswa bergerak mundur secara perlahan demikian pula
aparat. Namun tiba-tiba seorang oknum yang bernama Mashud yang mengaku
sebagai alumni (sebenarnya tidak tamat) berteriak dengan mengeluarkan
kata-kata kasar dan kotor ke arah massa. Hal ini memancing massa untuk
bergerak karena oknum tersebut dikira salah seorang anggota aparat yang
sedang memata-matai massa.
Jam 17.00-17.05 Oknum tersebut dikejar massa dan lari menuju barisan
aparat sehingga massa mengejar ke barisan aparat tersebut. Hal ini
menimbulkan ketegangan antara aparat dan massa mahasiswa. Pada saat
petugas satgas, ketua SMUT serta Kepala kamtibpus Trisakti menahan massa
dan meminta massa untuk mundur dan massa dapat dikendalikan untuk tenang.
Kemudian Kepala Kamtibpus mengadakan negoisasi kembali dengan Dandim
serta Kapolres agar masing-masing baik massa mahasiswa maupun aparat
untuk sama-sama mundur.
Jam 17.05-18.30 Ketika massa bergerak untuk mundur kembali ke dalam
kampus, di antara barisan aparat ada yang meledek dan mentertawakan serta
mengucapkan kata-kata kotor(seperti: ng....t, k....l…) pada mahasiswa
sehingga sebagian massa mahasiswa kembali berbalik arah. Tiga orang
mahasiswa sempat terpancing dan bermaksud menyerang aparat keamanan
tetapi dapat diredam oleh satgas mahasiswa Usakti. Pada saat yang
bersamaan barisan dari aparat langsung menyerang massa mahasiswa dengan
tembakan dan pelemparan gas air mata sehingga massa mahasiswa panik dan
berlarian menuju kampus. Pada saat kepanikan tersebut terjadi, aparat
melakukan penembakan yang membabi buta dan sniper-sniper(penembak jitu),
pelemparan gas air mata dihampir setiap sisi jalan, pemukulan dengan
pentungan dan popor, penendangan dan penginjakkan yang disertai dengan
pelemparan mahasiswa ke kali lalu ditembak tanpa belas kasihan sedikitpun
serta pelecehan seksual terhadap para mahasiswi (pemegangan bagian-bagian
tubuh yang vital ) termasuk Ketua SMUT yang berada diantara aparat dan
massa mahasiswa tertembak oleh dua peluru karet dipinggang sebelah kanan.
Hal ini merupakan tindakan-tindakan brutal dan immoral yang dilakukan
oleh pihak aparat keamanan dalam mengamankan aksi keprihatinan mahasiswa.
Kemudian datang pasukan bermotor dengan memakai perlengkapan rompi yang
bertuliskan URC mengejar mahasiswa sampai ke pintu gerbang kampus dan
sebagian naik ke jembatan layang Grogol. Sementara aparat yang lainnya
sambil lari mengejar massa mahasiswa, juga menangkap dan menganiaya
beberapa mahasiswa dan mahasiswi lalu membiarkan begitu saja mahasiswa
dan mahasiswi tergeletak di tengah jalan seperti bangkai. Yang
mengenaskan ada seorang mahasiswi yang sudah berjongkok minta ampun tapi
tak digubris dan terus dipukuli. Aksi penyerbuan aparat terus dilakukan
dengan melepaskan tembakkan yang terarah ke depan gerbang Trisakti.
Sementara aparat yang berada di atas jembatan layang mengarahkan
tembakannya ke arah mahasiswa yang berlarian di dalam kampus. Lalu
sebagian aparat yang ada di bawah menyerbu dan merapat ke pintu gerbang
dan membuat formasi siap menembak dua baris (jongkok dan berdiri) lalu
menembak ke arah mahasiswa yang ada di dalam kampus. Dengan tembakan yang
terarah tersebut mengakibatkan jatuhnya korban baik luka maupun meninggal
dunia. Yang meninggal dunia seketika di dalam kampus tiga orang dan satu
orang lainnya di rumah sakit beberapa orang dalam kondisi kritis.
Sementara korban luka-luka dan jatuh akibat tembakan ada lima belas
orang. Yang luka tersebut memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.
Jam 18.30-19.00 Tembakan dari aparat mulai mereda, rekan-rekan mahasiswa
mulai membantu mengevakuasi korban yang ditempatkan di beberapa tempat
yang berbeda-beda menuju RS.
Jam 19.00-19.30 Rekan mahasiswa kembali panik karena ada beberapa aparat
berpakaian gelap di sekitar hutan (parkir utama) dan sniper (penembak
jitu) di atas gedung yang masih dibangun. Mahasiswa berlarian kembali ke
dalam ruang kuliah maupun ruang ormawa ataupun tempat-tempat aman seperti
musholla dan dengan segera memadamkan lampu untuk sembunyi. (mahasiswa
ketakutan)
Jam 19.30-20.00 Setelah melihat keadaan sedikit aman, mahasiswa mulai
berani untuk keluar adari ruangan. Lalu terjadi dialog dengan Dekan FE
untuk diminta kepastian pemulangan mereka ke rumah masing- masing.
Terjadi negoisasi antara Dekan FE dengan Kol.Pol.Arthur Damanik, yang
hasilnya bahwa mahasiswa dapat pulang dengan syarat pulang dengan cara
keluar secara sedikit demi sedikit (per 5 orang). Mahasiswa dijamin akan
pulang dengan aman.
Jam 20.00-23.25 Walau masih dalam keadaan ketakutan dan trauma melihat
rekannya yang jatuh korban, mahasiswa berangsur-angsur pulang.
Keterangan : Jumlah mahasiswa yang belum kembali ada 9 orang.
IndoProtest - http://members.tripod.com/~indoprotest
Ketua Crisis Centre Universitas Trisakti, Adi Andojo Soetjipto SH dalam
jumpa pers, Selasa malam, mengemukakan, Universitas Trisakti akan
mengajukan protes keras kepada pihak berwajib khususnya Kepala Kepolisian
RI (Kapolri) dan Menhankam/Pangab atas kejadian itu, dan akan melakukan
konsultasi dengan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
"Kita sudah bilang aparat jangan represif, tapi kok seperti ini.
Mahasiswa saya ditembaki dengan peluru tajam, dan itu berlangsung di
dalam kampus. Padahal seharusnya ada prosedurnya. Kok ini tiba-tiba pakai
peluru tajam, dan mereka (mahasiswa) sudah berada di dalam kampus.
Padahal mahasiswa tidak melawan, tidak melempar batu, dan tidak melakukan
kekerasan. Mahasiswa saya itu sudah berangsur-angsur pulang ke kampus,"
kata Adi.
Menurut Adi Andojo, ia ikut mengawasi sewaktu mahasiswa melakukan unjuk
rasa sampai di luar kampus. "Waktu itu mahasiswa hendak menuju ke DPR,
tapi kemudian dihalang-halangi pasukan keamanan yang awalnya selapis,
kemudian datang berlapis-lapis. Tetapi saya berhasil menahan mereka untuk
berhenti di depan bekas kantor Wali Kota. Bahkan Kepala Kepolisian Resor
(Kapolres) Jakarta Barat, Letkol (Pol) Timur Pradopo, mengakui dan
mengucapkan terima kasih atas ketertiban yang ditunjukkan mahasiswa. Jadi
ini diakui sendiri oleh Kapolres," katanya.
Selanjutnya, menurut Adi, pihak mahasiswa bersedia mundur bila pihak
keamanan juga mundur. "Akhirnya mahasiswa saya bubar dengan tertib dan
mereka semua kembali ke kampus. Bahkan saya merasa itu sudah selesai,
sehingga saya pulang ke rumah," ujarnya.
Ternyata Adi kemudian mendapat laporan bahwa ada seorang mahasiswa yang
tertembak kepalanya. Tak lama kemudian ia memperoleh kabar bahwa empat
mahasiswa Trisakti meninggal dunia. "Saya telah melihat jenazah mereka
dengan mata kepala saya sendiri," katanya.
Menurut Adi, bekas darah yang tercecer di dalam kampus menunjukkan bahwa
para mahasiswa itu jelas-jelas ditembak di dalam kampus. Di lokasi itu
juga kaca-kaca pecah karena tembakan. Wakil Ketua Komnas HAM Marzuki
Darusman, yang hadir di Kampus Universitas Trisakti, Grogol, sekitar
pukul 22.00 WIB, mengatakan, adanya mahasiswa yang tewas merupakan bukti
telah terjadinya serangan terhadap kemanusiaan. Keterangan yang sama juga
disampaikan Albert Hasibuan, anggota Komnas HAM.
sumber: seasite.niu.edu/indonesian/Reformasi/Chronicle/Kompas/May13/enam01.htm
Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada tanggal 12 Mei 1998,
terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari
jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti
di Jakarta, Indonesia serta puluhan lainnya luka.
Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana (1978 - 1998), Heri Hertanto
(1977 - 1998), Hafidin Royan (1976 - 1998), dan Hendriawan Sie (1975 - 1998).
Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di
tempat-tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dan dada.
Kami Takkan Melupakanmu Sahabat |
Satuan pengamanan yang berada di lokasi pada saat itu adalah Brigade
Mobil Kepolisian RI, Batalyon Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 203,
Artileri Pertahanan Udara Kostrad, Batalyon Infanteri 202, Pasukan Anti
Huru Hara Kodam serta Pasukan Bermotor. Mereka dilengkapi dengan tameng,
gas air mata, Styer, dan SS-1.
Pada pukul 20.00 dipastikan empat orang mahasiswa tewas tertembak dan
satu orang dalam keadaan kritis. Meskipun pihak aparat keamanan membantah
telah menggunakan peluru tajam, hasil otopsi menunjukkan kematian
disebabkan peluru tajam. Hasil sementara diprediksi peluru tersebut hasil
pantulan dari tanah peluru tajam untuk tembakan peringatan.
sumber: id.wikipedia.org/wiki/Tragedi_Trisakti
Mahasiswi FH USAKTI Photo by Julian Sihombing [ R.I.P ] |
Mahasiswi FH USAKTI |
Mahasiswa Universitas Trisakti |
Catatanku,
Hari ini tepat 15 tahun sudah berlalu Tragedi Trisakti 12 Mei 1998,
bagi sebagian orang mungkin sudah lupa atau melupakannya dan juga mungkin
tidak ingat lagi peristiwa apa yang terjadi pada hari Selasa 12 Mei 1998.
Sepanjang umur hidupku tidak akan lupa peristiwa ini...
Pada saat itu saya merupakan mahasiswa fakultas hukum Universitas
Trisakti Jakarta, tingkat akhir yang mau skripsi dan kuliah tinggal
mengulang beberapa mata kuliah khususnya hukum agraria yang terkenal
sulit untuk lulus yang diajarkan oleh Profesor yang membuat hukum agraria
di Indonesia UUPA nomor 5 Tahun 1960.
Masih ingat Beliau selalu mengatakan "Pergunakanlah Otak Kanan Jangan
Otak Kiri terus" sampai hari inipun saya tidak mengerti maksud Beliau
tersebut...[Curcol dikit hehehe...]
Tepatnya hari Selasa 12 Mei 1998, hari Senin sebelumnya sudah ada
pengumuman libur perkuliahan juga tidak boleh membawa kendaraan baik
motor atau mobil ke kampus karena akan ada Demo besar-besaran Seluruh
Civitas Akademika Universitas Trisakti, untuk menyikapi keadaan Bangsa
Indonesia pada saat itu.
Mungkin banyak yang tidak tahu kenapa Universitas Trisakti mengadakan
aksi demo besar-besaran yang dilakukan oleh seluruh Civitas Akademika
Universitas Trisakti yang terdiri dari Dosen, Pejabat Fakultas, Karyawan
juga Mahasiswa tentunya prihatin dengan keadaan Bangsa Indonesia serta
kondisi Politik Nasional yang bergejolak menuntut adanya perubahan yang
lebih baik kedepannya.
Tetapi ada juga pemicu yang membuat semangat demo lebih besar dan
membuktikan bahwa seluruh Civitas Akademika Universitas Trisakti juga
turut prihatin dengan keadaan Bangsa Indonesia pada saat itu.
Pemicu tersebut adanya tudingan, hujatan juga kiriman benda-benda yang
tidak pantas ditujukan kepada Universitas Trisakti khususnya kepada Senat
Mahasiswa Universitas Trisakti [SMUT] yang bertujuan melecehkan juga
menghina Universitas Trisakti. Disebabkan tidak adanya pergerakan
perlawanan terhadap rezim yang berkuasa pada saat itu, sementara
pergerakan perlawanan mahasiswa dari universitas-universitas dan
organisasi-organisasi mahasiswa lainnya dari seluruh Indonesia telah
melakukannya berbulan-bulan sebelumnya.
Saya sendiri memang tidak langsung mendengar dan melihat benda-benda
kiriman dari pihak-pihak lain tersebut, tetapi mendapatkan cerita dari
beberapa anggota pengurus SMUT dan yang lebih parah lagi ada yang
mengatakan mendapat kiriman benda yang tidak pantas
[celana dalam dan BH wanita].
Apakah tujuannya pihak-pihak tersebut melakukannya..?
Tanyakan saja sama yang ngirim.. yang ngirim ayo ngaku..!!!
12 Mei 1998, hari Selasa pagi jam 8 saya sudah ada didalam kampus
tepatnya dilapangan parkir duduk depan gedung M [Syarif Thayeb] jadi ingat dulu ada "Kantin Racun" didekat saya duduk, kalau mahasiswa senior dari saya pasti tahu tuuh kantin, sudah banyak mahasiswa berdatangan untuk menghadiri aksi mimbar bebas sebagian besar mamakai jaket biru, saya tidak memakainya.
Acaranya sesuai dengan kronologis peristiwa diatas berjalan baik dan
lancar, yang saya amati banyak media televisi luar negeri dengan adanya
logo dikamera dan id card mereka. Demo ini hanya boleh dihadiri pihak
Universitas Trisakti serta media dalam dan luar negeri dengan indentitas
yang jelas, pagar kampus ditutup dijaga ketat oleh mahasiswa dan pihak
keamanan kampus.
Selama aksi berlangsung sampai menjelang jam 12-an keluar pagar kampus
untuk berjalan menuju gedung DPR dan MPR, saya ingat mengalami angin
kencang sampai 3x yang mengoyangkan deretan pohon-pohon diparkiran di area
mimbar bebas tersebut.
jam 01:00-02:00 siang, mahasiswa tertahan didepan kantor Walikota Jakarta
Barat, barikade aparat makin bertambah banyak untuk menahan mahasiswa
Trisakti disambut oleh para mahasiswi dengan memberikan bunga mawar
kepada pasukan barikade aparat satu demi satu.
Saya berada tepat dibawah jembatan penyebrangan pejalan kaki, duduk
dipagar pinggir jalan tol dengan beberapa mahasiswa lainnya, kendaraan dijalan tol arah Bandara menuju Semanggi macet.
Sekitar jam 02-an dijalan tol arah Bandara menuju Semanggi ada satu mobil
sedan parkir dengan plat dinas Polri, teman yang duduk disebelah saya
memberi tahukan itu adalah mobil Kapolda Metro Mayjen (Pol) Hamami Nata.
Saya sempat melihat keluar dari mobil dengan pakaian dinas berdiri
disamping mobilnya dengan alat telekomunikasi berbicara entah dengan
siapa kemudian masuk kedalam mobilnya kembali, setengah jam kemudian mobil tersebut sudah tidak ada lagi parkir ditempat tersebut persisnya kurang lebih 15 meter dari posisi saya duduk dipagar pinggir jalan tol.
Sore harinya setelah terjadi hujan gerimis dan besar sebagian mahasiswa peserta demo balik kekampus dan sebagian lagi masih tetap bertahan, menjelang magrib sekitar jam 06-an terjadi letusan senjata keatas oleh pimpinan pasukan barikade aparat, awalnya bermula sesuai dengan kronologis peristiwa diatas.
Setelah melihat pihak aparat menyerbu mahasiswa kearah kampus, saya berlarian dengan mahasiswa yang lain kedalam kampus, gas air mata sudah menyebar dimana-mana dan bunyi senjata makin banyak. Untuk menghindari gas air mata dan tembakan senjata dari aparat saya lari kegedung I dan naik tangga kelantai atas. Bunyi letusan senjata tidak berhenti malah makin banyak terdengar, beberapa kali saya berpapasan dengan para mahasiswa juga para mahasiswi yang nampak shock dan menangis.
Saya sempat istirahat didalam kelas gedung I menenangkan diri, tapi bunyi senjata tidak pernah berhenti. Hari sudah mulai gelap dan tidak lama kemudian lampu penerangan digedung padam, dari jendela gedung I saya tidak ingat lantai 4 atau 5, melihat kebawah susana kampus gelap.
Lebih setengah jam kemudian bunyi senjata sudah mereda dan tidak terdengar lagi, saya memberanikan diri untuk turun melalui tangga dan berpikir untuk keluar dari kampus karena saya takutkan aparat masuk dan menangkap mahasiswa dengan berlari saya menuju belakang gedung dekat Mushola, saya lihat ada mahasiswa atau bukan memanjat pagar nyebrang kesebelah kampus UNTAR dan kemudian saya ikutin memanjat pagar.
Setelah sampai dijalan belakang kantor Walikota Jakarta Barat saya jalan kaki kurang lebih
2 km menuju kosan saya di Tomang, malam itu mendapatkan kabar 4 orang mahasiswa meninggal dikampus dan puluhan mahasiswa lainnya luka-luka.
Rabu 13 Mei 1998 pagi saya kekampus, nampak suasana berduka dikampus kemudian berdatangan para alumni juga tokoh-tokoh nasional tepat didepan gedung M [Syarif Thayeb] secara bergantian menberikan ucapan duka cita dan mengutuk keras Tragedi Trisakti ini dan segera kasusnya diungkap siapa yang bertanggung jawab atas peristiwa ini.
Sekitar jam 10-11 pagi, ada kabar dari Dekan Fakultas Hukum USAKTI juga sebagai Ketua Crisis Centre Universitas Trisakti, Adi Andojo Soetjipto SH memberitahukan akan didatangi Bang Buyung Nasution.
Didalam satu ruangan digedung H Fakultas Hukum USAKTI tidak tahu tujuannya apa, hanya mahasiswa Fakultas Hukum USAKTI yang ada sekitar seratusan mahasiswa termasuk saya ada didalam ruangan tersebut.
Belum sempat Bang Buyung mengutarakan tujuan dan maksudnya apa..
sudah ditanyai kenapa Bang Buyung menjadi Pembela ABRI saat itu dan mahasiswa tidak terima dan kecewa sambil berteriak-teriak menyatakan kekecewaannya..
Karena suasana kacau untuk berdialog maka Bang Buyung dibawa keluar ruangan menuju gedung M [Syarif Thayeb] dikenal juga gedung Rektorat.
Tidak lama kemudan Pak Adi Andojo masuk keruangan ini menyatakan bahwa Crisis Centre Universitas Trisakti yang diketua oleh Beliau mendapatkan sumbangan dana oleh pihak tersebut dan dengan tegas ditolak oleh Beliau,
tidak tahu tujuan dan maksudnya apa...
Ayo ada yang bisa jawab tujuan dan maksudnya apa..???
Tanyain aja sama yang datang yaa...!!!
Massa berdatangan berada disekitar Grogol, Jalan S.Parman dan Kyia Tapa tidak diperbolehkan masuk dan hanya melihat dari luar pagar kampus, menjelang siang hari semakin ramai massa berdatangan serta berteriak-teriak mengajak mahasiswa Universitas Trisakti untuk keluar kampus.
Universitas Trisakti dalam suasana berduka dan melarang mahasiswa untuk keluar berdemo bersama masyarakat, menjelang siang hari nampak aparat pengendali massa berdatangan dan membuat barikade aparat.
Massa mulai mengamuk dengan menghancurkan apa saja dijalan sekitar Grogol dan mulai ada yang dibakar, menjelang sore makin begejolak ada ribuan massa yang ada disekitar kampus Universitas Trisakti didaerah Grogol, jalan S.Parman dan Kyia Tapa mulai menjarah dan membakar mobil, motor dan benda-benda lainnya ditengah jalan.
Dari lantai 12 gedung H [Syarif Thayeb] saya menyaksikan mobil truck dibakar ditengah jalan dan ruko-ruko disekitar daerah Grogol dijarah isinya ada yang diambil barangnya serta dibakar ditengah jalan,
Show Room mobil dijarah serta mobil baru yang ada didorong ketengah jalan dan dibakar oleh massa, kerusuhan ini berlanjut sampai malam hari.
Tanggal 13 sampai 15 Mei Jakarta terjadi kerusuhan massa besar-besaran.
Hampir seluruh Jakarta menjalar ke Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi.
Ribuan orang tewas menjadi korban pada peristiwa Kerusuhan Mei 1998.
Peristiwa ini menjadi salah satu lembaran hitam sejarah bagi Bangsa Indonesia.
15 tahun sudah berlalu...
Apakah kasusnya tuntas...
Apakah akan dilupakan saja...
Apakah...
Apakah...
Apakah...
[banyak nanya lo... ]
AUUWWAAAHH GELAAP...
wasallam.
Leo
NIM: 01091137
Alumni Fakultas Hukum Universitas Trisakti
Jakarta - INDONESIA